Kamis, 14 Januari 2010

Hantu Meloncat-Loncat

Hantu meloncat - loncat
Cermis : Wahyudi
Langit cerah dan kicauan burung menghiasi pagi yang indah di sekolahku, SMP Harapan Bunda. Semua warga sekolah berhias senyum ceria menyambut pagi yang hangat dan cerah ini.
“Eh, kalian dah pada denger gossip terbaru, belum? Itu lho, Pak Nur liat bayngan hantu loncat – loncat pas lagi kejatah jaga sekolah tadi malem.” Tutur Bunga sambil meletakkan tasnya di atas meja menggegerkan seluruh isi kelas VII A. Anak – anak pun langsung berkerumun di meja Bunga.
            ”Ha? Setan? Massa kamu percaya cerita setan? Aku sih gak percaya ama yang gituan.” Husky tak percaya.
            ”Yee, ni anak. Emang kamu belon tau, sekolah kita kan dulunya rumah sakit jaman perang. Banyak pejuang ama penjajah yang berobat dan mati di sini. Yah, wajar si kalo ada penunggunya.” Leka berujar dengan nada meyakinkan.
            ”Udah ah, jangan cerita setan, aku takuut!!” Ujarku kesal dan disusul suara bel masuk. Semua anak kembali ke meja mereka sambil terus bercerita tentang hantu yang diceritakan oleh Bunga.
            Beberapa lama kemudian dari arah pintu Bu Eti masuk kelas dengan anggunnya sambil membawa sebuah kotak besar. Semua anak jadi penasaran, apa isi kotak itu. Setelah berdoa, Bu Eti memulai materi Biologi tentang tingkah laku hewan. Dia mengeluarkan hewan percobaan yang lucu dari kotak besarnya, seekor kelinci mungil!! Bu Eti menerangkan tentang tingkah laku kelinci percobaan itu. Semua anak pun asyik menyimak penjelasan dari Bu Eti. Tapi aku masih belum bisa lupa tentang hantu yang Bunga ceritakan barusan. Aku takut!!! Tiba – tiba kudengar suara lembut Bu Eti embuyarkan lamunanku.
            ”Ada apa Dita? Apa kamu sakit? Dari tadi Ibu panggil diam saja.”
            “Eng, a..anu Bu, saya sedikit mengantuk. Boleh saya izin ke belakang untuk cuci muka?”
            Dengan segera aku pergi ke kamar kecil untuk cuci muka. Aslinya sih bukan karena ngantuk, tapi takut. Setelah cuci muka, aku kembali ke kelas. Tapi saaat aku berjalan melewati laboratorium Biologi yang gelap, aku melihat bayangan putih meloncat – loncat. Keringat dingin pun megucur deras dari tubuhku.
            ”Hua..!!!!!” Teriakku sekencang – kencangnya berbarengan dengan bunyi bel istirahat.
            Di kelas aku menceritakan apa yang kulihat dengan teman – teman. Betapa baiknya temanku, mereka semua menenangkanku yang ketakutan. Tak lama kemudian, datng Husky sambil berlari menuju mejaku. Dia baru saja melihat bayangan hantu yang sama denganku. Hantu meloncat – loncat!!! Tidak hanya Husky, teman lain kelas pun melihatnya. Seisi sekolah jadi gegr!!! Husky yang tadinya tidak percaya hantu pun mulai mengakui adanya mahluk itu. Kita semua jadi penasaran, sebenarnya hantu apa itu dan kenapa dia ada di sekolahku?
            Sepulang sekolah, kami, warga SMP Harapan Bunda yang penasaran mendatangi guru agama kami. Katanya, hantu itu memang ada. Kita semua sebagai manusia pun tidak boleh memungkirinya.
            ”Tapi saya rasa di sekolah kita ini hantu itu tidak ada.”  Ujar Pak Kharidi sambil tersenyum. Nampaknya dia tidak percaya dengan apa yang kami lihat. Hantu itu benar – benar ada di sekolah ini. Tapi Pak Kharidi tetap saja tidak percaya. Katanya, setelah puluhan tahun mengajar di SMP Harapn Bunda baru kali ini dia mendengar gosip tentang hantu.
            ”Mungkin yang kalian lihat bukan hantu, bisa saja kalian telah tersuggesti setelah mendengar cerita hantu dari teman kalian.” Pak kharidi tetap pada pendiriannya.
            Kami semua berjalan keluar kantor guru. Ternyata berkonsultasi dengan guru belum memberi kami sedikit pencerahan. Kami semua pulang ke rumah dengan hati masih penasaran.
            Hari berikutnya, aku berangkat sekolah dengan hati dag – dig – dug. Takut kalau – kalau aku melihat hantu yang meloncat – loncat lagi. Kulangkahkan kakiku menuju kelas VII A, kelasku tercinta. Aku heran, banyak sekali anak yang berkerumun di meja Erma. Ada apa ya? Ternyata mereka semua sedang mendengarkan cerita Erma tentang hantu. Erma bilang dia telah melihat bayngan hantu yang meloncat – loncat saat sedang mengembalikan bola ke ruang olahraga di dekat laboratorium Biologi. Lagi – lagi di sana. Kemarin aku juga melihatnya di depan laboratorium biologi.
            ”Ini gak bisa dibiarin. Kita gak bisa dong, terus ketakutan kayak gini?” Bunga geram.
            ”Iya, aku tau, tapi mau gimana lagi?” Leka menyahut.
            Suasan hening seketika, semuanya memikirkan cara untuk bisa keluar dari kebingungan itu. Kami semua takut dengan adanya hantu itu. Tapi kemi semua juga tidak mau terus – terusan dibayangi oleh hantu itu. Bagaimana baiknya?
            ”Aha!! Gimana kalo kta tangkep hantu itu barengan terus kita usir dari sekolah ini?! ” Bunga menyeletuk.
            ”Tangkep? Kita liat aja udah takut, mana bisa nangkep segala?”
            ”Gini aja, gimana kalo kita ajak Pak Kharidi juga? Dia kan guru agama, pasti gak takut hantu.”
            ”Tapi Pak Kharidi gak percaya hantu, giman donk? ”
            ”Yah, kita coba aja deh.”
            Sepulang sekolah, kami mendatangi Pak Kharidi lagi. Kali ini kami memintanya untuk menemani kami menangkap si hantu meloncat – loncat. Seperti kemarin, dia hanya tersenyum dan tetap tak percaya dengan adanya hantu di sekolah ini. Tapi di luar dugaan dia mau menemani kami menangkap hantu itu.
            ”Saya ikut bukan mau menangkap hantu, tapi saya akan me,buktikan pada kalian kalau hantu itu tidak ada.” Cetus Pak Kharidi.
            Sore hari setelah langit agak gelap, kami semua berkumpul di depan laboratorium Biologi. Tempat di mana semua anak melihat bayangan hantu yang meloncat – loncat. Benar saja, kami semua melihat bayangan hantu yang meloncat – loncat lagi. Kali ini tidak hanya satu, tetapi dua hantu. Sotak kami semua berteriak. Pak Kharidi menenangkan kami dan mulai berjalan mengejar hantu itu. Tapi betapa terkejutnya kami ketika Pak Kharidi berhasil menangkap kedua hantunya.
            ”Lihat anak – anak, ini bukan hantu. Ini adalah kelinmci percobaan biologi milik sekolah.” Ujar Pak Kharidi.
            Semua anak, tak terkecuali aku tertawa terbahak. Ternyata bayangan hantu yang meloncat – loncat yang telah membuat seisi sekolah geger bukan hantu sungguhan, melainkan kelinci percobaan biologi milik sekolah. Aku jadi teringat penjelasan Bu Eti tentang tingkah laku hewan.Kata Bu Eti kelinci paling suka meloncat – loncat di tempat yang luas. Wajar saja jika kelinci itu meloncat – loncat dengan bebasnya, karena itu memang kegemarannya.
            Setelah mengucapkan terima kasih pada Pak Kharidi, kami semua pamit pulang. Kami berjalan pulang sambil senyum – senyum mengingat kejadian barusan. Ternyata hantu meloncat yang telah mwembuat seisi sekolah geger hanyalah dua ekor kelinci percobaan biologi milik sekolah.
oooo0oooo
Februari 2007

Tidak ada komentar:

Posting Komentar