Senin, 21 Desember 2009

guru dan narkoba

Guru dan Narkoba
opini: Wahyudi

            Orangtua. Merekalah unsur terpenting dalam mendidik anak. Kita - guru,  sebagai orangtua di sekolah, seharusnya bisa menjaga anak didik kita dari bahaya narkotika.
Sebetulnya apa sih narkotika itu? Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, narkotika atau yang lebih beken dengan istilah ‘drug’ adalah obat untuk menenangkan syaraf, menghilangkan rasa sakit, menimbulkan rasa mengantuk atau merangsang. Sebenarnya narkotika itu obat yang ‘baik’. Tetapi, jika disalahgunakan, tentu saja itu akan menjadi makhluk jahat berbahaya yang perlu dibasmi.     
            Saat ini sering kita mendengar atau menyaksikan banyak pelajar yang terbelenggu narkotika. Bahkan banyak di antara mereka yang sakau dan over dosis hingga akhirnya mati sia-sia.
Mengapa bisa terjadi seperti itu? Memang apa yang menyebabkan anak-anak didik kita menjadi liar seperti itu? Mengapa kita sebagai orangtua mereka di sekolah sampai tidak tahu apa saja yang mereka lakukan di luar sekolah? Itulah keterbatasan kita.
Kadang kita tidak peduli dengan apa yang anak-anak didik kita lakukan jika sudah ada di luar jam belajar. Nah, mulai saat ini kita harus peduli! Dari sinilah peran kita sebagai orangtua kedua untuk menyaring input negatif yang tanpa kita sadari semakin mencemari anak-anak didik kita tercinta.
Langkah pertama yang paling tepat dan bijaksana untuk menyaring input negative tersebut adalah menjadi contoh yang baik. Become a good model. Perlihatkan pada anak didik kita bahwa kita sebagai guru mereka dapat menjadi teladan yang baik. Sadarkan mereka tentang bahaya narkotika melalui cara asyik dan menyenangkan.
Sampaikan pada peserta didik bahwa narkotika dapat merusak fungsi organ tubuh terutama otak atau susunan pusat syaraf. Ajarkan pada mereka untuk mencintai dan mempercayai diri sendiri. Karena tanpa narkotika, KITA PASTI BISA!
Memang, terkadang ada anggapan, gaul ga ngedrug? Mana asyik?! Anggapan bahwa kalau mau keren, ngerokok, donk! Bukan! Anggapan itu salah! Narkotika bukan merupakan aspek utama dalam pergaulan. Justru narkotika akan sangat mengganggu pergaulan, karena penggunaan narkotika dapat mengurangi kelancaran bicara dan apabila sudah terjadi kerusakan, akan sangat sulit dipulihkan. Tentunya mereka tidak mau kehilangan banyak teman, bukan? Jika mereka semua menyayangi dirinya sendiri, tentu tidak akan berani menggunakan narkotika dan merusak diri, bukan?
Langkah kedua adalah dapat menjadi ‘teman’ untuk anak didik kita. Kenalilah mereka. Jadilah guru yang baik yang dapat dijadikan ‘teman curhat’ oleh anak. Hindari sikap keras dan diktator, serta sikap sok pintar dalam mengajar. Jika kita tidak mau menjadi guru dan teman yang baik, tentunya anak didik kita tidak akan menyayangi dan segan kepada kita. Bahkan mungkin mereka akan membangkang dan jadi pemberontak. Kenalilah anak didik kita melalui pendekatan-pendekatan tertentu. Tidak pada waktu-waktu yang khusus, tetapi bisa juga  di dalam kegiatan belajar mengajar.
Menjadi guru yang aktif dan inovatif juga akan mendekatkan kita kepada anak didik kita. Buat mereka nyaman dan tidak jenuh dalam mengikuti pelajaran. Lima atau sepuluh menit, sisipkan sedikit pengertian narkotika dan bahaya penggunaannya. Beri tahu mereka juga akibat buruk apa saja yang akan mereka terima jika menggunakan ramuan khusus dari neraka itu! Bukan bermaksud menakuti, tetapi dalam wujud tindak preventif penyalahgunaan narkotika oleh anak didik kita.
Langkah ketiga ini berkaitan erat dengan langkah kedua. Sibukkan anak didik kita dalam kegiatan positif sekolah. Kegiatan positif di sini tidak hanya pelajaran tambahan, kegiatan yang banyak melibatkan otak, tetapi juga kegiatan fisik yang menyehatkan badan seperti kerja bakti dan olahraga bersama di hari tertentu. Tidak hanya siswa, guru-gurupun harus ikut terlibat dalam kegiatan ini. Selain bermanfaat bagi fisik, kegiatan ini juga dapat mengakrabkan hubungan antara guru dengan peserta didik.
Kadang kita juga perlu mengadakan Out Door Education atau pelajaran di luar sekolah. Tidak perlu jauh, jalan-jalan mengamati lingkungan dan segala perubahan di sekitar kita juga sudah cukup. Kegiatan ini dapat meningkatkan kepekaan sosial. Jangan lupa untuk selalu menyisipkan bahaya narkotika pada anak didik kita agar mereka selalu ingat akan bahaya narkotika dan tidak pernah berniat untuk mencicipi telur emas setan itu.
Selain mengenali pribadi mereka, kita sebagai guru juga perlu mengenali lingkungan mereka dan teman pergaulan mereka. Jangan sampai kita lengah dan kecolongan tiba-tiba kita tahu anak didik kita kecanduan narkotika. Jika sampai terjadi, yang rugi bukan cuma anak yang. Kita – guru,  juga ikut merasakan getirnya. Kalau hal itu telanjur terjadi, yang harus kita lakukan bukan memakinya atau bahkan mengeluarkan anak tersebut dari sekolah dengan alasan ‘gengsi’ sekolah. Hal itu tidak akan menyelesaikan masalah. Malah akan memperburuknya. Coba bayangkan, bisa saja anak itu more addicted oleh narkotika.
Bicara baik-baik, bicara dari hati ke hati. Siapa tahu kita juga ikut memahami masalah yang sedang dihadapi anak didik kita sehingga dia bisa sampai terbelenggu oleh jeratan narkotika, sekaligus sadarkan dia kalau perbuatannya keliru. Narkotika tidak akan menyelesaikan masalah. Justru akan memperpanjangnya. Jangan sampai membuang lebih dari 10% waktu dalam masalah dan 90% dalam pemecahannya. Kerjasama dengan guru bimbingan konseling dan pusat rehabilitasi anak untuk menanganinya. Biasanya anak yang masuk pusat rehabilitasi akan merasa ‘terbuang’ dari lingkungannya. TIDAK! Jelaskan bahwa kita hanya ingin membuatnya ‘kembali’.
Selain cara-cara di atas, cara yang paling penting dan utama dalam membentengi diri dari pengaruh narkotika adalah mempererat diri kepada Allah. Ajarkan selalu pada anak didik kita untuk selalu mendekatkan diri pada Allah. Karena jika kita mengikuti ajaran Allah, tentu hal-hal jahat seperti narkotika tidak akan pernah membius dan meracuni kehidupan kita dan menorehkan tinta hitam ke dalam hari-hari dan masa depan kita yang cerah.****
     (Gunungsari - Pejagoan, 14 Juli 2008)